
Umrah Pertamaku
Karya: Ratu Faza Pramudita Hermawan
Pada suatu hari, aku sedang salat Magrib berjamaah bersama keluarga. Setelah Shalat, Abi dan Umi berkata kepada aku dan adikku, Eja, "Insya Allah, nanti kita berempat akan umrah bersama." Aku dan Eja sangat senang sekali karena bisa ke Tanah Suci bersama.
Umi mempersiapkan semua perlengkapan untuk perjalanan kami ke Tanah Suci. Setelah persiapan umrah, aku dan keluarga siap-siap karena tiga hari lagi kami akan berangkat. Sekolahku izin dahulu sementara agar aku bisa mempersiapkan diri.
Kami menuju kota Jakarta terlebih dahulu untuk naik pesawat, karena kami tinggal di kota Bandung. Kami, menggunakan travel bernama Ventur. Sebelum berangkat, kami dan peserta lain dari travel Ventur mengenakan baju yang sama. Kami berkenalan terlebih dahulu sebelum menuju bandara. Ada permainan dan kegiatan lainnya. Setelah itu, kami mengantri untuk memasuki pesawat dan menunggu di bandara.
Saat menunggu, aku dan Umi pergi ke toilet. Kami hampir tersesat, tetapi untungnya dibantu oleh orang yang satu travel dengan kami. Mereka sangat ramah dan baik hati. Setelah itu, kami dipanggil untuk naik pesawat yang akan membawa kami ke Doha, kemudian ke Jeddah, dan akhirnya ke Tanah Suci.
Di Doha, aku melihat boneka besar yang sangat lucu. Di atas boneka itu ada lampu yang menyala. Kami hanya singgah sebentar di Doha sebelum melanjutkan perjalanan ke Jeddah.
Sesampainya di Jeddah, aku melihat akuarium besar yang sudah terkenal di mana-mana. Akuarium itu sangat cantik dan menarik perhatian. Selain itu, toilet di Jeddah sangat besar, rapi, bersih, dan wangi.
Setelah darii Jeddah, kami melanjutkan perjalanan ke Tanah Suci. Kami tidak naik pesawat, tetapi menggunakan bus yang akan membawa kami ke Madinah dan Makkah. Dalam perjalanan menuju Madinah, bus berhenti untuk istirahat sejenak. Rombongan travel juga turun. Di sana, kami salat subuh, karena sudah memasuki waktu salat Subuh. Pada saat aku turun, orang-orang di sana sudah mulai berbicara menggunakan bahasa Arab dan mengenakan pakaian tradisional arab yaitu abaya dan banyak perempuan yang menggunakan cadar. Setelah sholat, ada yang mengajakku berbicara, tetapi aku tidak paham dengan bahasanya dan aku hanya bisa tersenyum.
Sebelum melanjutkan perjalanan, Umi membeli kopi yang terkenal disana katanya, Namanya “Juju Barn”. Setelah itu, rombongan Ventur kembali naik bus dan melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Selama perjalanan, ada Ustaz yang bercerita menjelaskan perjalanan dan tempat bersejarah. Kami city tour ke Mesjid Quba, Jabal Rahmah dan Jabal Malaika. Selama perjalanan, Aku juga sambil merekam dan memotret pemandangan yang sangat indah.
Karena perjalanan lumayan lama, umi, abi, dan Eja tidur di bus. Aku merasa bosan karena tidak mengantuk. Setelah beberapa jam, aku mendengar bahwa satu jam lagi kami akan sampai di Madinah. Aku sangat senang karena sebentar lagi akan tiba di kota suci, yaitu Madinah, kota yang paling disukai oleh Allah, karena di sanalah Nabi Muhammad SAW dimakamkan.
Sesampainya kami di Madinah yaitu sekitar magrib, kami langsung masuk ke hotel. Aku dan Umi beristirahat sebentar lalu bersiap untuk berangkat ke Raudhah. Untuk dapat masuk ke Raudhah tidaklah mudah karena kita harus menggunakan aplikasi Nusuk.
Alhamdulillahnya, Umi sudah ada jadwal nusuk (aplikasi resmi digital umroh untuk masuk Raudhah) di jam 9 malam. Di sana, aku hampir tidak bisa masuk, karena nusuk punyaku tidak ada, Untung saja askar di sana sangat baik dan mengizinkan aku masuk. Di dalam, aku shalat terus dan umi menangis haru bahagia karena bisa shalat di posisi paling depan makam Nabi Muhammad SAW. Ternyata, di shaf paling depan di Madinah ada askar yang menjaga Raudhah tersebut, dan sebagian orang tidak diizinkan untuk shalat di shaf paling depan. Namun, umi dan aku diizinkan untuk memasuki Raudhah hingga shaf paling depan.
Setelah aku selesai memasuki Raudhah bersama umi, teman umi, dan rombongan travel umrah, kami semua pulang ke hotel. Itulah pengalaman paling bahagia bisa memasuki Raudhah pada malam hari. Sementara laki-laki memasuki Raudhah pada siang hari.
Pada saat abiku memasuki Raudhah, seharusnya adikku juga bisa masuk, tetapi dia tidak menggunakan aplikasi nusuk. Oleh karena itu, askar tidak mengizinkan adikku untuk memasuki Raudhah. Jadi, adikku ditemani oleh aku dan umi diluar. Sambil menunggu, kami melihat kubah hijau yang merupakan tanda tempat makam Rasulullah SAW. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya abi selesai keluar dari Raudhah. Kami berempat istirahat di masjid Nabawi sambil menunggu adzan ashar setelah itu pulang ke hotel untuk beristirahat.
Selama di Madinah, aku membeli banyak makanan dan oleh-oleh seperti coklat, baju, celana, dan lain-lain. Di sana, aku juga banyak berubah menjadi lebih baik. Aku menyadari bahwa aku harus menjadi lebih baik agar hidup kami nanti bisa bahagia, baik di dunia maupun di akhirat. Selama di Madinah, aku sering sekali mendatangi Masjid Nabawi. Aku sangat senang berada di sana, namun sayangnya, waktu kami di Madinah harus lebih singkat karena kami harus melanjutkan perjalanan ke Makkah.
Dengan berat hati, kami meninggalkan kota Madinah. Sama seperti perjalanan sebelumnya, perjalanan menuju Makkah terasa lebih cepat dibandingkan saat menuju Madinah. Namun, saat menuju Makkah, kami sempat berhenti untuk berwudu dan shalat di masjid yang kami singgahi untuk mensucikan diri. Proses ini disebut Miqat, dimana Laki-laki diwajibkan untuk memakai kain ihram. Sepanjang perjalanan, kami dan rombongan lain terus berdzikir tanpa henti. Akhirnya, kami semua sampai di kota suci, yaitu Makkah. Di sana, aku melihat banyak sekali manusia yang beribadah kepada Allah SWT.
Sebelum memulai ibadah, kami menuju hotel terlebih dahulu untuk bersiap-siap. Setelah semua siap, kami melaksanakan umrah wajib, yaitu mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali sambil mengucapkan kalimat "Labbaikallahumma labbaik" yang diulang-ulang terus. Kami juga berlari kecil antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Kami melaksanakan umrah wajib dua kali, dan setelah itu, kami bebas melaksanakan ibadah sesuai keinginan masing-masing. Ada yang memegang Hajar Aswad, ada yang pergi ke Maqam Ibrahim, dan lain-lain.
Aku dan keluarga juga sempat berkunjung ke Mall Tower Jam di Makkah dan makan makanan khas Al Baik. Namun, sebagian besar waktu kami di Makkah dihabiskan untuk beribadah.
Hari demi hari berlalu, dan akhirnya waktu kami di Makkah pun habis. Kami harus pulang ke Bandung lagi. Dalam perjalanan pulang, kami melewati beberapa tempat yang pernah kami singgahi, seperti Dhoha, Jeddah, dan Jakarta. Akhirnya, kami sampai di rumah masing-masing dengan selamat. Kami pulang dengan membawa hikmah yang sangat berharga bagi kehidupanku. Sejak saat itu, aku bertekad untuk memperbaiki hidupku, baik untuk kehidupan di dunia maupun untuk kehidupan di akhirat nanti.

